FPI Brisbane

… menjadi warga FPI Brisbane memperoleh banyak manfaat. …Selain silaturahmi fisik kita pun bersilaturahmi lidah,… bersama-sama menikmati anake kuliener dari berbagai Negara sahabat (Arab, Afrika, Pakistan, India, Indonesia, dll) … Sebuah ukhuwah multicultural yang lengkap, nikmat dan indah.

“Mangan ora mangan sing penting ngumpul (makan tidak makan yang penting berkumpul).” Ungkapan itu sering dilekatkan pada mayarakat Indonesia, terutama Jawa, yang gemar berkumpul baik dalam suasana suka maupun duka. Continue reading “FPI Brisbane”

Menjadi Indonesia di Manca Negara

Dengan balutan busana yang telah diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia, batik, semua panitia dan Indonesian Permanent Resident (PR) tersenyum, bahu-membahu, dan bangga menjadi warga Indonesia. Mereka semua merdeka menghadirkan Indonesia di negeri tetangga.

Status minoritas bisa jadi salah satu pemicu “militansi” sekaligus kebersamaan. Perasaan senasib di negeri orang telah merekatkan sekat-sekat yang biasanya berjarak di negari asal, lebur jadi satu dalam balutan patriotisme menghadirkan identitas Indonesia. Tidak ada sentimen ras, suku, agama, maupun golongan. Hanya ada satu: INDONESIA. Itu yang tampak ketika komunitas Indonesia di Brisbane yang diorganisir ISAGU (Indonesian Student Association of Griffith University) menyelenggarakan Indonesian Day di kampus tersebut, Kamis 5 Agustus 2010. Continue reading “Menjadi Indonesia di Manca Negara”

Hari ini Satu Tahun yang Lalu

Palembang: “Hari ini, satu tahun yang lalu. ‘Selamat jalan Bunda’

Wonosari: “Sejenak Mengenang kepergian bunda: Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu’anha, amin ya robbal alamiin.”

Yogya: “Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu’anha. May Allah bless all her did n dedication.”

Pesan pendek pada layar telepon genggam saya satu persatu berdatangan. Adik dan kakak saling mengirim pesan, mengingatkan kepulangan Ibunda satu tahun yang lalu, tepatnya 13 April 2009.

Mengajar Islamologi Mahasiswa Tiongkok

Ceritanya, tiga miggu yang lalu saya menyambangi sekretariat Center for Teaching Staff Development (CTSD) di lantai 3 Gedung Pusat Studi UIN Sunan Kalijaga. Direktur CTSD yang akan bertugas ke Sorong selama 3 minggu tampak surprise melihat saya datang siang itu. Kukatakan padanya kalau saya sedang riset lapangan di Jogja. Mengetahui saya punya waktu agak luang pada akhir pekan, setengah kegiraangan dia meminta saya untuk mengganti mengajar Studi Islam pada mahasiswa asal Tiongkok yang tengah mengambil program Sandwich di Universitas Ahmad Dahlan, salah satu Perguruang Tinggi Muhammadiyah di Yogyakarta.

Tidak satupun mahasiswa asal Tiongkok di kelas tersebut Muslim, karena itu materi Keislaman yang disampaikan pun lebih ditekankan pada Islamologi. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aseknya karya Harun Nasution dipandang pas sebagai rujukan untuk menjelaskan seluk beluk agama Islam bagi non Muslim. Buku tersebut menguraikan Islam tidak secara doktriner, tapi mengupasnya dari berbagai sudut pandang seperti historis, sosiologis serta filosofis. Meski jauh dari kesan indroktinatif, namun karya doctor alumni McGil Univesity itu tetap diperkaya dengan nukilan-nukilan dalil naqli dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits untuk menunjukkan bahwa paparan historis, sosiologis dan filosofis dalam buku ini tidak bertentangan dengan nash . Continue reading “Mengajar Islamologi Mahasiswa Tiongkok”

Taqabbalallaahu Minnaa wa Minkum

“Dan segeralah mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orangg-orang bertakwa.

Yaitu mereka:

1) yang berinfak di waktu lapang atau sempit,
2) yang menahan amarahnya,
3) yang memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” (Q,s. 3:133-134).

Taqabbalallaah minnaa wa minkum. Selamat meraih predikat tagwa. Maaf segala khilaf. (muttaqin-indah-auzi’-naufal)

Ramadhan bagi Minoritas Muslims

The more temptation we face, the more reward we will have. Saat sedang asyik mendengarkan kuliah di kelas; datang mahasiswi dengan pakaian musim panas yang “compang-camping & tidak lengkap.” Dia langsung duduk di sampingku, membuka tas, mengeluarkan minuman kaleng lalu menenggaknya, glek glek glek…. “uh segarnya…” batin saya.

Kadang saya berfikir, puasa umat Islam Indonesia itu terlalu “manja.” Atas nama menghormati bulan Ramadhan tempat-tempat hiburan dan warung makan dihimbau tutup. Tempat maksiat digerebek. Operasi miras dilakukan di berbagai daerah, hotel dan rumah-rumah bordil pun dirazia. Continue reading “Ramadhan bagi Minoritas Muslims”

Nasionalisme dalam Semangkuk Bakso

Snake Peek Indonesian Festival: Pesta Rakyat 2009. Itu judul berita yang dipublikasikan oleh PPIA (Pehimpunan Pelajar Indonesia Australia) wilayah Quensland. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan hari kemerdekaan RI ke 64 ini diperingati warga Indonesia yang berada di Brisbane dan sekitarnya dengan menggelar “Pesta Rakyat”: bazzar makanan, kerajinan dan pakaian serta panggung hiburan nusantara.

Siang itu, ratusan orang berkerumun di Queens Street Square. Laki, perempuan, tua, muda, remaja, anak-anak, balita dan bayi berwajah melayu dan china khas Indonesia tumpek blek menyatu dengan tenda-tenda penjual bakso, gudeg, sate ayam, lontong, nasi campur, soto, bubur ketan, kering tempe, sambal teri, tahu isi, rujak, lotis, dan aneka makanan khas Indonesia. Beberapa lelaki bertampang bule juga terlihat dikerumunan itu. Meraka kebanyakan suami dari wanita Indonesia yang menikah dengan WNA Australia. Beberapa ibu ada yang menggelar tikar disamping tenda, bercengkerama dengan sanak dan famili. Sementara itu ratusan mahasiswa/i Indonesia sibuk lalu lalang, sebagian bapak-bapak berdiri membuat kelompok masing-masing, ngobrol sambil menikmati jajanan. Continue reading “Nasionalisme dalam Semangkuk Bakso”

PhD by Research

PhD by research tampaknya cocok untuk mahasiswa yang “malas” ikut perkuliahan seperti saya. Memang betul, saat aplikasi ke kampus calon mahasiswa harus sudah punya draft proposal disertasi, dan itu bagian dari persyaratan. Akan lebih baik bila jauah hari sebelum mendaftar sudah punya draft sebab proposal tersebut sangat berguna untuk hunting profesor yang kira-kira tertarik dan bersedia menjadi supervisor. Sebelum mengirim aplikasi ke kampus yang dituju, ada baiknya melakukan kontak-kontak dengan calon supervisor. Bukti korespondensi dengan professor tersebut akan memudahkan memperoleh LoA dari bagian admisi kampus. Kalau sudah ada professor yang bersedia membimbing, biasanya bagian admisi tinggal menunjuk co-supervisor.

Enaknya PhD by research itu mahasiswa bisa langsung fokus ke object yang akan diteliti tanpa diribeti dengan tugas-tugas kuliah. Secara umum, full-time student PhD by research dapat jatah study minimal 2 tahun dan maksimal 4 tahun. Tahun pertama biasanya digunakan untuk mematangkan proposal disertasi, tahun kedua untuk field work, dan sisanya, tahun ke tiga dan keempat, untuk menulis disertasi secara lengkap. Continue reading “PhD by Research”

Episode ‘Mendebarkan’

Saya harus banyak bersyukur. Sejak dari bangku SLTA hingga bisa melanjutkan ke program Ph.D ini bantuan beasiswa selalu mengililinga saya.

SLTA saya dibiayai oleh Departemen Agama melalui program Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) yang diinisiasi oleh Menag H. Munawir Syadzali. Ketika Kuliah S1 memperoleh beasiswa dari Supersemar selama 2 tahun. S2 pertama memperoleh beasiswa dari Departemen Agama R.I. dan S2 yang kedua dari beasiawa Fulbright scholarship. Saat ini saya tengah menempuh program Ph.D dengan beasiswa dari Dirjen Dikti Depdiknas RI

Dari Cleaner ke Main Film

Ada ada saja pengalaman unik di negeri orang. Selama saya di negeri Kangguru ini beragam “profesi” telah saya jalani. Resminya, saya adalah mahasiswa PhD di Griffith University. Namun keinginan untuk memperoleh selingan aktivitas yang menghasilkan dollar mendorong saya mencari “lowongan kerja” yang bisa diisi pada waktu luang. Salah satu keuntungan study di Australia ini mahasiswa diperbolehkan bekerja tanpa harus mengurus working permit sebagaimana di USA dulu. Student visa yang diberikan oleh kedubes Australia sekaligus berfungsi sebagai visa kerja, meski maksimum 20 jam perminggu.

Debut perburuan dollar saya mulai dengan menjadi cleaner. Awalnya diajak teman, ikut membantu membersihkan toko yang lumayan luas di pagi hari dari jam 7.30 – 9.30an. Meski jadwal tidak pasti, pengalaman menyapu dan mengepel ini cukup memberi banyak pelajaran. Setidaknya saya tahu bagaimana sebuah toko itu dikelola secara professional. Selain di Toko, kadang saya juga diajak untuk membersihkan rumah orang Australia. Beragam bentuk rumah sudah saya masuki. Dari situ saya saya terkesan dengan tata ruang dan efisiensi pemanfaatan perabotannya