Resep Bahagia

Belum pernah saya dengar bisnis atau usaha bangkrut hanya karena rajin sedekah. Sedekah adalah investasi ukhrawi dan duniawi. Sekecil apapun ia bagian dari pengendalian diri, pengejewentahan rasa syukur dan kepedulian sosial.

—————-

“Wahai Rasulullah, berilah kami resep hidup bahagai,” tanya seorang sahabat. Rasulullah menjawab: “Antashaddaqa wa anta shahiihun syakhikhun takhsya al-fakra wa ta’muli al-ghina” (Bersedekahlah di kala kamu masih sehat, sementara hidup mu masih serba kekurangan dan kamu sendiri ingin menjadi kaya). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang sering disebut muttafaqun ‘alaih. Artinya, dari segi sanad insya Allah tingkat keshahihannya terjamin. Continue reading “Resep Bahagia”

Dicari: Iron-Chef Muslim

Sertifikasi halal ini, yang didesain sebagai bentuk kontrol dan pemberian jaminan keotentikan sebuah produk, sebenarnya berakar pada hilangnya kepercayaan atautrust konsumen terhadap produsen. Karena itu, selalin melalui nalar kuasa sertifikisai, kenapa tidak juga ditempuh jalan kultural dengan mencetak produsen2 jujur sebanyak-banyaknya? Sayangnya, sulit –atau memang belum ada– perguruan tinggi Islam yang punya program studi terkait permakanan seperti tata boga, hospitality, perhotelan, dll dan bereputasi cemerlang.

——————–

Akhir-akhir ini dua institusi tengah “berebut” hak pemberian sertifikasi halal, MUI dan Depag. Rebutan tersebut dipicu oleh RUU Jaminan Produk halal dan Badan Penjaminan Produk Halal yang menyebutkan wewenang sertifikasi berada di Depag, bukan lagi di MUI sebagaimana yang selama ini sudah berjalan. Continue reading “Dicari: Iron-Chef Muslim”

Jamu

…“Why ISO? ISO is for industrial management”. Ketika teman saya menyahut bahwa di kampusnya sudah menerapkan ISO pada konteks akademik, staff Griffith tadi lalu bilang, “ISO is good as a starting point to change university culture but we need more than that.”

____________________

Kamis 23 Juli yang lalu saya diminta menghadiri kunjungan salah seorang pejabat Direktorat Kelembagaan Dirjen Dikti Depdiknas yang sedang melakukan studi banding di Griffith University, Brisbane. Pejabat tersebut memperoleh Executive Endeavour Award dari pemerintah Australia selama 4 minggu. Continue reading “Jamu”

Tanya Kenapa?!

Lagi-lagi jarak budaya gagal menyediakan jawaban yang memuaskan. Atau memang tidak bakal ada argument yang memuaskan, cukup sharing perspektif saja? Sebab, kita bukan alat pemuas to?

_______________

Mengapa hubungan sex pranikah dilarang dalam Islam? Mengapa orang Islam harus Sholat lima kali sehari? Mengapa Nabi Muhammad tidak boleh digambar?

Itu diantara pertanyaan non Muslim Australia terhadap mahasiswa Muslim Indonesia. Pertanyaan tersebut kadang dilontarkan dengan nada heran dipenuhi rasa ingin tahu, namun tidak sedikit yang hanya iseng, mengetes kadar keimanan yang ditanya. Continue reading “Tanya Kenapa?!”

PhD by Research

PhD by research tampaknya cocok untuk mahasiswa yang “malas” ikut perkuliahan seperti saya. Memang betul, saat aplikasi ke kampus calon mahasiswa harus sudah punya draft proposal disertasi, dan itu bagian dari persyaratan. Akan lebih baik bila jauah hari sebelum mendaftar sudah punya draft sebab proposal tersebut sangat berguna untuk hunting profesor yang kira-kira tertarik dan bersedia menjadi supervisor. Sebelum mengirim aplikasi ke kampus yang dituju, ada baiknya melakukan kontak-kontak dengan calon supervisor. Bukti korespondensi dengan professor tersebut akan memudahkan memperoleh LoA dari bagian admisi kampus. Kalau sudah ada professor yang bersedia membimbing, biasanya bagian admisi tinggal menunjuk co-supervisor.

Enaknya PhD by research itu mahasiswa bisa langsung fokus ke object yang akan diteliti tanpa diribeti dengan tugas-tugas kuliah. Secara umum, full-time student PhD by research dapat jatah study minimal 2 tahun dan maksimal 4 tahun. Tahun pertama biasanya digunakan untuk mematangkan proposal disertasi, tahun kedua untuk field work, dan sisanya, tahun ke tiga dan keempat, untuk menulis disertasi secara lengkap. Continue reading “PhD by Research”

Islamic Cleric among Indonesian “Modernist” Muslims

…it would be a problematic to generalize the norm of Islamic Clerics among Indonesian Modernist Muslims. The ‘faces’ of modernist Muslims are changing just as other institutions where polarization is one of the characteristics. The clerical authority among reformist Muslim in Indonesia is now, especially after reformation era, more multipolar and more plural than ever before.
_______________________________

Muslims ScholarsMuhammadiyah did play important and significant role in establishing and maintaining clerical authorities among the modernist in the Old Order and the New Order, especially in the urban area as well as national political landscape. Muhammadiyah had special “relationship” with the two Presidents of Indonesia, Soekarno, and Soeharto. Both of them openly declared that they were Muhammadiyah cadres.

In the New Order era, almost all the minister of religious affairs are from the modernist Muslims wing, such as Mukti Ali, Munawarir Sadzali, Tarmidzi Tahir, and Malik Fadjar. The leader of MUI at the New Order era was also mostly from Muhammadiyah backgrounds, such as Hamka, E.Z. Muttaqin, and Hasan Basri. Muhammadiyah Bureaucrat also dominated in the Department of Religious Affairs (DEPAG). Continue reading “Islamic Cleric among Indonesian “Modernist” Muslims”